Komunikasi efektif dokter gigi dengan pasien

2 04 2008

Seorang teman pernah mengeluh bahwa beliau tidak puas dengan hasil kerja dokter gigi yang menumpat giginya. Ketika ditanya mengapa saat perawatan tidak menanyakan secara detail tentang perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi agar tidak ada kekecewaan. Setelah diperiksa, ternyata tumpatan resin komposit pada giginya mengalami perubahan warna.Teman tersebut juga akhirnya mengaku bahwa dirinya merupakan coffee addict dan mengkonsumsi alkohol secara rutin.

Kejadian di atas sangat sering terjadi pada dunia kedokteran gigi, ketidak puasan pasien dan penyesalan pasien akibat persetujuan perawatan yang telah diterimanya. Meski pada kenyataannya tidak semua ketidakpuasan itu merupakan kesalahan perawatan dari dokter gigi, namun dalam proporsi tertentu pasti akan berpengaruh pada kepercayaan pasien tersebut pada dokter giginya. Keadaan yang paling ekstrim adalah pasien yang bersangkutan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya agar tidak berkunjung ke dokter giginya.

Lagi-lagi tentang komunikasi dokter – pasien yang kurang berhasil sehingga pasien mengembangakan opininya sendiri atas perawatan yang di terima. Apabila opini tersebut sangat positif, tentunya akan menguntungkan dokter gigi sebagai operator. Namun, apabila opini tersebut menjadi sangat negatif, tak ayal lagi dokter gigi yang bersangkutan jelas akan kehilangan pasien dan calon pasiennya. Ironis bukan?

Komunikasi dokter pasien diharapkan dapat mendukung upaya pemberian informasi, edukasi dan motivasi pasien dalam rangka menuntaskan masalah kesehatannya. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006, komunikasi dokter – pasien adalah hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasiennya selama proses pemeriksaan/pengobatan.perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumahsakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Sebagai profesional, keterampilan komunikasi dokter – pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus di kuasai dokter gigi karena akan menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.

Bagaimana keadaan di Indonesia? Sebagian dokter gigi merasa tidak mempunyai cukup waktu untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Secara langsung hal ini akan berpengaruh pada proses penegakkan diagnosa pada saat di ruang klinik. Kemudian dokter gigi juga tidak memberikan cukup informasi dan edukasi sebelum pasien meninggalkan ruang klinik, yang akan berakibat pada hasil pasca perawatan. Komunikasi itu dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang serta kendala yang di hadapi, sehingga dapat bersama-sama dokter gigi mencari alternatif terbaik untuk mengatasi permasalahannya. Berikut adalah perbandingan antara hasil komunikasi efektif dan tidak efektif yang dirangkum oleh KKI (2006) :

Contoh hasil komunikasi efektif :

  • Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya.

  • Pasiem memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.

  • Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya, dengan segala konsekuensinya.

  • Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.

Contoh hasil komunikasi tidak efektif :

  • Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya singkat dan mencatat seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen dan sebagainya.

  • Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.

  • Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.

  • Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.

  • Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.

  • Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau menyembuhkan diri sendiri (self therapy).

Apabila dokter gigi memiliki kemampuan sedemikian rupa sehingga informasi yang ada dapat disampaikan dengan tepat dan efektif, kejadian seperti pada ilustrasi di atas akan terjadi dalam jumlah yang sangat minimal. Sehingga tujuan perawatan yaitu kepuasan pasien dapat tercapai tanpa penolakan apapun.


Actions

Information

9 responses

3 04 2008
ferry

yeppp … berkomunikasi itu penting, apalagi soal gigi … setau ente gigi kan berhubungan dgn saraf saraf yaaaa … saraf mata saraf otak kali yeee … pokonya gara2 gigi bisa bikin stroke juga kayaknya …. banyak berkomunikasi aja dengang dokter gigi yang menurut kita emg bisa diajak komunikasi, soalnya kalo salah dengan gigi kita, yang rugi ya yang poenya gigi, selama ini ente pakai dokter gigi Sigit, prakteknya di perumahan UGM … orangnya enak bisa diajak komunikasi, cuma satu sayangnya, kadang jari2nya bau bekas rokok hihiihihi … wah kalo dr gigi yuddi kepriyeeee yoooo … sukses aja kang mas dab 🙂

3 04 2008
fajar

yang sering terjadi adalah dokter tidak ngomongin metodenya kalo gak ditanya,selalu pasien yang dituntut untuk lebih dulu bertanya,padahal dokter bisa mengorek keterangan lebih lanjut tentang kebiasaan pasien,tetapi yang terjadi dokter bekerja bergantung mood,kalo lagi baik mood-nya ya dijawab dengan baik,tapi kalo lagi bete ya dijawan sekenanya aja.kerja dalam ruangan ber-AC mungkin lebih mudah terserang stress ketimbang pasien yang kerjanya sering terkena terik matahari.
kalo dirunut dari awal,semestinya pasien dan dokter dapat bekerja dengan baik,dokter mengawali obrolan untuk mengorek keterangan sebelum menentukan jenis tindakan/perawatan yang akan diambil,trus memberikan pilihan2 dengan harga yang bervariatif,dan biarkan pasien menentukan mana yang sesuai dengan kocek dan resiko2nya.
[pernah bermasalah dengan dokter sing males2an,sok pinter,memandang rendah intelektual pasien,dan kantong pasien]

3 04 2008
see'get

pertamax,

selamat buat peluncuran blog baru-nya neh

pak dokter ntar aq bisa cabut gigi gratis yak 😀

-sgt-
http://www.smart-online-store.com

5 04 2008
-Yud-

Wah matur nuwun teman-teman atas komennya..

@Mas Ferry
Jadi promo gratisan buat guru saya yah, matur nuwun. Tapi benar seperti yang Mas Ferry katakan, tanpa komunikasi tidak akan terjadi alih informasi sehingga kadang perawatan terbaik pun tidak mampu memuaskan pasien.

@Mas Fajar
Paradigmanya harusnya sudah berubah kok, mohon di maafkan mungkin yang bersangkutan sedang banyak masalah .. hehehe..
Tetapi, apa yang Mas Fajar sebutkan di bagian bawah komennya itu juga sudah di ajarkan kok di kampus, hanya mungkin penerapannya berbeda-beda dan tentunya memberikan hasil yang berbeda-beda.

19 04 2008
sillystupidlife

Pak dokter, blognya baru yach, soalnya nyari2 artikelnya yang lain kayaknya belum ada banyak yach…

Oke, nice blog, saya akan sering2 main kesini buat belajar… Eh, nanti kalo udah ada waktu buat beres2… saya link blognya yach…

salam,
-silly-

20 04 2008
-Yud-

iyah nin non sil.. baru ajah sebulan blog ini …
sambil nyari bahan nulis juga lah biar bisa di bagi ke temen2 di cyber..

makasih kalo udah mau di link.. saya usahain nambah2 tulisan deh biar makin rame..

6 09 2008
indra gunawan

salam kenal. saya alumni unair 94. saya sependapat dengan anda bahwa komunikasi penting sekali. minta alamat dan no telp mas, siapa tahu kit bisa saling sharing pengalaman2 kita . Tanks.
Indra Gunawan, drg 08127833501,07117948553, jl. pelita no 1214 sekip ujung, palembang

7 09 2008
Yuddi

@drg Indra Gunawan
saya sudah kirim kontak by email, mudah2an kita bisa berdiskusi dengan baik.
kalau memungkinkan hasil diskusinya bisa saya share ke teman2 lewat blog ini juga..

salam.

1 11 2011
MAKALAH KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF - MAKALAH KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF - MAKALAH KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF - MAKALAH KOMUNIKASI VERBAL YANG EFEKTIF | Asuhan Keperawatan

[…] Komunikasi efektif dokter gigi dengan pasien             Seorang teman pernah mengeluh bahwa […]

Leave a comment