Dokter/Dokter Gigi yang disukai VS Dokter/Dokter Gigi yang dibenci

26 10 2008

Profesi dokter/dokter gigi pada masa lalu dianggap sebagai profesi yang prestis dan mulia, namun saat ini -akibat ulah beberapa oknum- akhirnya tidak sedikit masyarakat yang memandang profesi dokter/dokter gigi dengan visualisasi yang negatif. Kini keprestiusan dan kemuliaan itu hanya tersisa nama besar di masa lalu saja akibat “dosa” yang dilakukan para oknum dokter/dokter gigi. Beberapa “dosa” oknum dokter/dokter gigi di mata masyarakat yang sempat saya rekam di berbagai kesempatan adalah :

  • Dokter/dokter gigi tidak mampu menguasai keadaan pasiennya, sehingga tampak gugup dan bodoh. Akibatnya, pasien jadi kapok untuk kembali ke dokter/dokter gigi tersebut.
  • Dugaan bahwa sebagian dokter/dokter gigi (mudah-mudahan benar hanya sebagian) yang mendapat keuntungan finansial dari obat-obatan yang diresepkan, sehingga pasien merasa dokter sering mengada-ada dalam peresepan apalagi apabila ternyata dosis yang diberikan ternyata sangat tinggi. Akibatnya, pasien bisa kehilangan sugesti sembuh yang seharusnya menjadi faktor yang cukup berpengaruh dalam proses pemulihannya.
  • Kurang komunikasi dengan sesama dokter/dokter gigi, apoteker, perawat, maupun petugas medis lainnya sehingga terjadi saling menghujat, saling memandang rendah, hingga merendahkan kemampuan petugas medis yang lain. Akibatnya, pasien menjadi bingung, dan dalam keadaan bingung pasti pasien akan memihak salah satu pendapat, walaupun kadang itu tidak sepenuhnya benar.
  • Tidak banyak dokter/dokter gigi yang gemar meng-upgrade kemampuannya secara mandiri, baik dengan surfing di internet, mengikuti seminar/workshop dengen sebenar-benarnya (tidak mencari sertifikat saja), hingga menempuh kursus singkat maupun pendidikan lanjut, tentunya -meski dengan berbagai alasan- hal ini akan membuat dokter/dokter gigi tersebut makin tertinggal terutama dalam memberikan tindakan pengobatan berbasis bukti terbaru. Apabila terjadi kesalahan diagnosa, bahkan salah tindakan, habislah dia….
  • Dokter yang memandang pasiennya sebagai pihak yang tingkat pendidikannya di bawah, sehingga tidak mampu memunculkan empati dari setiap gerak geriknya di depan pasien. Akibatnya akan fatal apabila dokter yang “sok pintar” itu ternyata gagal dalam menyembuhkan pasiennya
  • Mohon pembaca tambahkan sendiri “dosa” lainnya …

Benar, saya bukan dokter/dokter gigi yang akan dapat memahami sepenuhnya mengapa para oknum itu melakukan seperti itu. Eh, kok para oknum ya? Apakah mereka berjumlah banyak? Wallahu ‘alam. Tetapi, yang saya tau, saat ini pasien sudah makin ramai saja eksodus ke negara tetangga hanya untuk sekedar melakukan Medical Check Up, atau mungkin sekedar operasi Apendiktomi alias operasi usus buntu. Bukan tanpa sebab, pastinya ini ditepuh karena kepercayaan pasien terhadap dokter-dokter di negeri ini makin luruh. Padahal, apa sih kurangnya fasilitas pengobatan di negeri kita? Kalau dibandingkan dengan negara-negara di asia tenggara, dari sisi fasilitas saya yakin kita mampu bersaing. Tetapi, akibat “dosa-dosa” yang makin besar itu, akhirnya membuat pasien berbondong-bondong berobat ke negara tetangga. Lalu, siapa yang berobat ke dokter di Indonesia, ya.. hanya mereka yang benar-benar yakin dengan dokter yang di datangi atau bahkan sebagian masyarakat kurang beruntung yang hanya bisa memanfaatkan fasilitas negara untuk mencari kesembuhannya. Tidak aneh apabila dunia kedokteran Indonesia makin terpuruk.

Sesederhana yang saya pikir, dokter/dokter gigi di Indonesia harus segera berubah, berubah untuk mengurangi “dosa-dosa”nya. Saling mendukung dan bekerjasama dalam menyehatkan bangsa ini. Sehingga kepercayaan masyarakat kembali meningkat dan ragam kasus yang di tangani dokter/dokter gigi di Indonesia makin tinggi. Akibatnya, dengan jam terbang yang makin lama makin tinggi, kualitas dokter/dokter gigi di Indonesia tidak akan kalah dengan bangsa lain, bahkan lebih baik. Hingga akhirnya para dokter/dokter gigi dapat menjalankan profesinya dengan tetap prestis dan mulia seperti tercantum dalam sumpah hipocratesnya. Semoga….


Actions

Information

14 responses

26 11 2008
abi

dulu pas sma gak jadi operasi gara2 gak suka sama dokternya.. hahaha..

28 11 2008
Yuddi

ha ha ha ..
harusnya perlu di tambah yah tips nya.. kalo cowo cari dokter yg cantik.. dan kalo cewe cari dokter yg ganteng..

tapi.. cantik or ganteng bukan jaminan dokternya terampil dan cocok dengan pasiennya.. gmn donk?

29 11 2008
juragan medis

@yuddi
aq cari dokter yang cantik aja deh…

29 11 2008
Yuddi

@juragan
wah… brarti kalo “ujug-ujug” masuk ke praktik dokter trus dokter giginya ga cantik.. balik kanan donk yah juragan.. ha ha ha ..

29 11 2008
Hariyanti

wah mas yudi nge-blog (baru tau..hehehe)

29 11 2008
Yuddi

Eh .. ada mbak dian a.k.a Hariyanti..
iyah nih mbak.. sambil belajar..

sering2 mampir yah mbak šŸ˜€

30 11 2008
Hasan

wah, tips yg terakhir kudu di blacklist tuh, klo engga, yg cowo ga akan dtng, yg cewe langsung balik hanan… he..he..he..

dokter yg komunikatif msh jarang! ngejar setoran kali ya… ato takut ketauan salahnya..

30 11 2008
Yuddi

@dr Hasan
hahahaha… tips terakhir hanya berlaku buat mas dr juragan medis šŸ™‚

saya setuju kalau susah cari dokter yang komunikatif, sepertinya mindset kejar setoran masih ada di benak masing2 dokter.. sedikiiit sekali nemu dokter (terutama dokter baru) yang bisa sangat komunikatif, kalopun ada yang berusaha komunikatif itu karena menutupi ketidak tahuannya.. (mudah2an saya hanya berprasangka)

salam,
Yuddi

19 12 2008
silviana farrah

whah .. tulisan di atas berguna banget bagi saya nih,,calon drg .. amiinn..
*baru semester1 sih .. hhe
berarti saya kan bisa menghindari buat gak nglakuin ‘dosa2’ itu tuh ..
makasih atas infonyaaa ..

24 12 2008
Yuddi

@silviana
mudah-mudahan .. amin šŸ™‚

20 12 2009
drgdondy

bermanfaat blognya untuk refleksi diri saya….

20 12 2009
Yuddi

terima kasih sudah mampir dok..
senang rasanya ada yg mendapat manfaat dari ocehan asal-asalan saya..

salam,
yuddi

11 01 2010
Dedy

Pasien kdg cm ngeliah pre ama postmedicaton tanpa melihat usaha dokter/dokter gigi buat ngobtinny
mslhny pd komunikasi, dokter shrusny ksi prognosa biar ekspektasi pasien ga muluk”

11 01 2010
Yuddi

Benar Pak, seandainya saja setiap provider (dokter/dokter gigi) membantu pasiennya dengan lebih sabar menjelaskan step by step perawatan sampai kemungkinan-kemungkinan prognosis secara detail. Mungkin memang tidak ke semua pasien, tetapi pada beberapa pasien yang kritis memang perlu dipersiapkan dan disampaikan semua itu.

Salam,
Yuddi

Leave a reply to Yuddi Cancel reply